Monday, May 7, 2007

KRISIS KETELADANAN

KRISIS KETELADANAN

16 Rabi’uts Tsani 1428 H

4 Mei 2007

Ibnu Sabiil

Kekerasan yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang telah berulang kali, membuat hati kita miris dan pilu, terlebih jika kita melihat adegan kekerasan yang dilakukan para senior di IPDN terhadap juniornya yang ditayangkan di televisi, semakin menambah kepiluan dalam diri kita.

Kemudian, hal lain yang menarik perhatian kita, adalah peristiwa yang terjadi di berbagai daerah selama terjadi di berbagai daerah selama pelaksanaan ujian negara siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dari mulai oknum tenaga pendidik yang menjual kunci jawaban, soal ujian yang bocor sebelum pelaksanaan, sampai demo dan tindak kekerasan yang dilakukan terhadap pengawas ujian yang dilakukan oleh para siswa peserta ujian.

Benar-benar bangsa ini tengah dirundung berbagai ujian, dan kali ini dunia pendidikan kita yang diuji. Sebagaimana diantara tujuan dari ditimpakannya suatu ujian adalah sebagai peringatan dan cemeti, agar yang mendapat ujian dapat kembali untuk melakukan introspeksi diri, mencari hikmah dibalik keadaan yang membuatnya susah dan sedih.

Dari instropeksi dan penelaahan yang dilakukan, kiranya diantara sebab terjadinya peristiwa di atas adalah akibat krisis dan miskinnya keteladanan di negeri ini. Bisa dikatakan hampir sudah tidak ada lagi di negeri ini orang yang di segani karena kharismanya dapat berdiri dan berkata-kata. Sampai –sampai guru yang kita kenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, seorang yang terpelajar dan berpendidikan, pemimpin, kini sudah tidak ada lagi diposisikan sebagai seorang yang layak didengar dan diamalkan apa-apa yang disampaikannya.

Keteladanan, ya keteladananlah yang merupakan kata kunci dalam membentuk, membangun dan menciptakan suatu komunitas. Sebagai contoh, mari kita melihat profil Rasulullah SAW sebagai tauladan yang baik, dalam Al-Quran disbut di dalam diri Rasulullah terdapat uswatun hasanah.

Kita melihat, dalam aktifitas untuk persiapan hidup ukhrawi Rasulullah Saw adalah tauladan, sebuah hadits yang sangat populer dikisahkan oleh ’Aisyah ra. Bahwa beliau melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak, Beliau bermunajat dan bersyukur kepada Allah SWT. Ketika ’Aisyah mengajukan pertanyaan, wahai Rasulullah SAW mengapa engkau sampai sedemikian dalam beribadah, kakimu bengkak, bukankah engkau telah dijamin oleh Allah SWT bahwa dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang telah diampunkan. Lantas Rasulullah Saw menjawab, apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur?.Beliau adalah orang yang sangat dermawan, sampai-sampai karena kedermawanannya beliau tidak memiliki kemegahan sebagaimana layaknya para pengusa jaman dulu dan kini. Sampai Umar menangis melihat Rasulullah Saw yang apabila bangun dari tidurnya muka dan badannya berbirat karena alas tidurnya hanya terbuat dari pelepah kurma. Beliau banyak memohon ampun dan berbuat taubat kepada Allah SWT, beliau beristigfar sebanyak 70 kali dalam sehari semalam.

Dalam aktifitas kehidupan duniawi, nabi adalah orang yang jujur dan amanah, karena jujur dan amanahnya itu beliau dari sejak remaja sudah digelari dengan al-Amiin (yang dipercaya dan amanah). Beliau adalah orang yang sangat pemaaf dan rendah hati, tidak sombong meskipun beliau seorang nabi dan memiliki banyak pengikut.

Sebagai seorang pemimpin beliau suka bermusyawarah, dan bersikap adil, dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwa sepulang dari suatu peperangan dan ketika itu kaum muslimin menang dan mendapat banyak harta rampasan perang. Ketika harta rampasan perang itu dibagi-bagikan kepada para sahabat yang ikut berperang, salah seorang sahabat berkata, ”Hai Muhammad berlaku adillah”, lantas Rasulullah menjawab :”Celakalah aku kalau aku tidak berlaku adil, kalau aku tidak adil maka siapa lagi yang akan berlaku adil?”. Dan lebih tegas lagi Rasululah Saw mengatakan, ”Jika putriku Fathimah mencuri maka aku sendiri yang akan memotong tangannya”. Masih banyak lagi potret keteladanan yang ditampilkan Rasulullah Saw, sebagai ayah, sebagai seorang sahabat.

Dengan kekuatan keteladanan, risalah Islam yang dibawa Rasulullah dengan cepat dapat menyebar ke seluruh negeri, menembus kesombongan orang-orang kafir Quraisy dab neberobos masuk ke kerajaan Romawi dan Persia.

Keteladanan, adalah merupakan, kekuatan yang dahsyat, keteladanan dapat mengalahkan kekuatan bicara sang orator dan juru kampanye sekalipun. Karena, setiap individu membutuhkan keteladanan, sosok yang menjadi panutan dan pijakan dalam berbuat dan bertindak. Dalam lingkungan rumah tangga seorang anak membutuhkan keteladanan dari orang tuanya. Dalam lingkungan sekolah dan lembaga pendidikan seorang siswa dan mahasiswa butuh seorang tauladan dalam lingkungan bermasyarakat setiap individu membutuhkan seorang tauladan.

Jika praktik keteladanan yang baik sudah menjadi barang langka, dan sebaliknya keteladanan yang buruk dan bobrok menjadi tontonan, maka dapat dipastikan prilaku buruk dan bobroklah yang akan tumbuh dan berkembang.

Kiranya sebuah hadits Rasulullah Saw dapat menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi sosok yang memberikan tauladan yang baik. Hadits tersebut berbunyi: ”Barang siapa melakukan suatu kebiasaan yang baik dan orang lain menirunya, maka ia mendapat pahala karena kebiasaan baik itu, bahkan bukan hanya sampai disitu, dia pun akan mendapat bonus pahala dari orang yang meniru kebiasaannya itu”.

Walladzikrullahi Akbar