Thursday, November 8, 2007

I’TIKAF

23 Ramadhan 1428 H

05 Oktober 2007

Drs. Zaim Rais, MA.

Hakikat sesungguhnya dari ibadah puasa adalah pendidikan rohani. Tujuan pokoknya adalah untuk memperkokoh dan mempertinggi rohani manusia. Dengan ibadah puasa yang ikhlas dan intens, seseorang akan bias meningkat derajatnya ke level yang lebih tinggi.

Ketinggian rohani seseorang akan membuatnya lebih mencintai Allah SWT di atas segalanya. Benci pada segala bentuk kezaliman dan kecurangan, benci pada sikap egoistis dan kesombongan, senantiasa berhati-hati dan waspada agar tidak melakukan dosa, dan senang membantu orang yang membutuhkan.

Sehubungan dengan tujuan pokok puasa tersebut, dalam bulan yang amat mulia ini umat islam sangat dianjurkan untuk melakukan I’tikaf, terutama pada sepuluh hari yang terakhir dalam bulan Ramadhan. Nabi bahkan membangunkan semua anggota keluarganya untuk beri’tikaf.

I’tikaf berarti menetap dan tinggal untuk beberapa waktu di dalam masjid dengan niat beribadah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Dengan demikian, I’tikaf tidak bias dilakukan di rumah. I’tikaf adalah suatu ibadah sunnah yang sangat tinggi nilainya. Apalagi pada kurun waktu akhir bulan Ramadhan, karena pada saat itulah menurut riwayat yang banyak diperpegangi, datangnya malam Lailatul Qadar. Nabi tidak pernah luput melakukannya, terutama selama sepuluh hari akhir tiap-tiap bulan Ramadhan.

Diberitakan dari ‘Aisyah ra. Bahwa, “adalah Rasulullah Saw beri’tikaf sepuluh (hari) yang akhir dan bulan Ramadhan hingga beliau wafat”. (HR. Bukhari dan Muslim, Nailul Authar, Juz IV, hal 354).

Dari Anas ra. Diberitakan bahwa, “Adalah Rasulullah Saw beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari bulan Ramadhan. Karena pada suatu tahun beliau tidak beri’tikaf, maka pada tahun berikutnya Beliau ber’tikaf selama 20 hari”.(HR. Ahmad, Nailul Authar, IV:354).

I’tikaf Simbol Ketaatan

Dalam rangka bertaqarrub kepada Allah SWT tersebut sekaligus untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya Lailatul Qadar, maka setiap orang yang beri’tikaf sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah-ibadah sunnat dan menyibukkan diri dengan sholat, membaca al-Quran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar, berdo’a dan membaca shalawat kepada nabi dan amalan-amalan lain yang dapat meningkatkan ketaatan dan kedekatan seseorang dengan Allah SWT. Masuk pula ke dalam golongan ibadah ini adalah mempelajari ilmu, membaca kitab-kitab tafsir dan hadits, sejarah nabi dan orang-orang shaleh, buku-buku fiqih dan agama pada umumnya.

Dengan memperbanyak dan menyibukkan diri melakukan ibadah, seseorang yang beri’tikaf akan semakin dekat dengan Allah. Keikhlasan yang melandasinya dan kesungguhan serta bersusah payah (jihad) dalam melakukannya menjadi dasar yang amat penting bagi semakin terbukanya tabir antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jarak antara dia dengan Allah akan semakin dekat. Menjadi lebih dekatnya Allah dengan seorang hamba adalah buah dari keikhlasan dan kesungguhannya dalam beribadah tersebut. Inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam salah satu hadits Qudsi, “…manakala seorang hamba-KU mendekat kepada-KU sejengkal Aku akan mendekat kepadanya sehasta…”. Begitu uga firman Allah SWT,


“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”. (QS. Al-Ankabuuut [29] : 69).

Dan firman-Nya,

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. (QS. Ar-Rahman [55] : 60).

I’tikaf Meninggikan Rohani

Dengan demikian I’tikaf sangat penting artinya dalam upaya seseorang untuk memperkokoh dan mempertinggi rohaninya. Seorang hamba dengan Allah yang menjadi prasyarat bagi ketinggian rohani seseorang. Oleh karena itu, kepada semua saudara-saudara muslim, marilah kita lakukan I’tikaf ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad Saw. Bangunkan semua anggota keluarga dan datanglah ke masjid pada sepuluh malam terakhir Ramadhan untuk beri’tikaf.

Bangsa kita sudah begitu lama terpuruk karena rohani dan nurani tersingkir dalam kehidupan. Melalui I’tikaf, insya Allah, bangsa kita akan bias bangkit dari keterpurukan tersebut.

Mungkin kehidupan kita selama ini lebih mengutamakan kesejahteraan jasad dari pada rohani yang mengakibatkan hidup lebih tergantung kepada materi dari pada nilai kebajikan dari semua tingkat profesi dan keahlian. Kekosongan rohani yang terjadi selama ini menjadikan jasad berjalan diluar jalur petunjuk kebenaran.

Waladzikrullahi akbar!!
MEDIA BERTAKWA

09 Ramadhan 1428 H

21 September 2007

Sugianto Abbas, S.Sos

Untuk memudahkan pemahaman kita tentang makna perintah puasa sebagaimana dalam kutipan terjemahan ayat berikut ini :

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang bertakwa”.(QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Ada tiga kata kunci yang wajib dilakukan seseorang yaitu: beriman, berpuasa dan bertakwa. Sayyid Qutub memaparkan dalam tafsirnya Fi Zhilali al-Quran sebagai berikut:

Suatu hal yang masuk akal bila puasa diwajibkan atas umat beriman yang berkewajiban melakukan jihad di jalan Allah SWT, untuk memantapkan metode (manhaj)-Nya di muka bumi, untuk menegakkan nilai-nilai kemanusian, dan untuk menjadi saksi atas manusia lain. Maka, berpuasa merupakan sarana, media atau alat untuk memantapkan akidah yang kokoh dan teguh, serta sarana manusia berhubungan dengan Tuhannya berupa hubungan ketaatan dan kepatuhan, sebagaimana juga ia merupakan sarana ketinggian melebihi kebutuhan fisik belaka, dan ketabahan untuk memiliki tekanan dan bebannya, demi mengutamakan keridhaan dan kebahagiaan di sisi Allah SWT. Semua ini merupakan unsure-unsur penting dalam mempersiapkan jiwa untuk memikul rintangan perjalanan yang penuh hambatan dan duri, yang di sekelilingnya penuh dengan berbagai macam keinginan dan syahwat serta beribu-ribu kesenangan yang dibisikkan ke telinganya.

Hal itu dimaksudkan untuk memberikan perhatian guna memahami pemeliharaan pengaturan ilahi terhadap keberadaan manusia secara global pada setiap apa yang diwajibkan atasnya dan setiap arahan yang diberikan kepadanya. Akan tetapi, tidak terjalinnya hubungan antara hikmah taklif ilahi ini dan apa yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan, maka lapangan ilmu pengetahuan ini terbatas, tidak dapat mencangkup dan tidak dapat mencapai seluruh hikmah Allah pada segala sesuatu untuk menundukkan manusia, atau untuk menundukkan alam ini dengan sifat keadaannya.

Allah Maha Esa mengetahui bahwa taklif (penugasan) ini adalah kebutuhan dalam memenuhi urusan jiwa manusia yang memerlukan pertolongan, dorongan, dan motivasi untuk menimbulkan semangatnya agar mau menerimanya, meskipun terdapat hikmah dan manfaat di dalamnya, sehingga dia merasa puas dan rela melakukannya.

Oleh karena itu, dimulailah taklif itu dengan panggilan yang penuh kecintaan kepada orang-orang yang beriman untuk mengingatkan mereka akan hakikat mereka yang pokok. Kemudian menetapkan bagi mereka sesudah dipanggil dengan panggilan itu, bahwa puasa itu merupakan kewajiban sejak dahulu bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dalam semua agama samawy. Dan tujuan pertama ialah mempersiapkan hati mereka menjadi bertakwa, lembut, sensitive, dan takut kepada Allah, “la’allakum tattaquun” (agar kamu bertakwa)

Tampak jelas tujuan yang besar dari puasa, yaitu takwa kepada Allah SWT. Takwa itulah yang membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga mau menunaikan kewajiban ini, demi mentaati Allah dan untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Keinginan menjadi orang bertakwa ini jugalah yang menjaga hati sehingga tidak merusak puasanya dengan maksiat, walaupun hanya berupa getaran hati untuk berbuat maksiat.

Orang yang menjadi sasaran firman Allah ini mengetahui kedudukan takwa di sisi Allah dan mengetahui bobot dalam timbangan-Nya, maka takwa merupakan puncak ketinggian rohani manusia dan puasa ini mencapainya. Oleh karena itu diangkatlah tujuan yang jelas dari sebuah perintah bagi manusia lewat metode puasa yaitu, “agar kamu bertakwa”.

Puasa yang diwajibkan secar atertulis (kutiba) kepada orang-orang yang beriman agar kamu bertakwa kepada Allah SWT, dengan ungkapan lain supaya selalu hati-hati dan mawas diri dalam hidup ini, dengan cara mematuhi semua perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukanlah kebutuhan rohaniah belaka pada diri manusia namun juga merupakan kebutuhan tubuh (jasad) untuk menjadi manusia yang merasakan betapa pentingnya hidup saling merasa dan peka kepada sesame. Jadi, iman itu sebagai titik tolak, sementara puasa adalah sebagai media atau alat yang dapat mengantarkan orang yang berpuasa menuju takwa dan mardhatillah.

Dengan demikian perintah puasa kepada manusia harus membekas dalam kehidupan rutinitas, agar makna dari sebuah perintah bias menggiring manusia kepada kehidupan perbuatan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu dan yang akan dating lebih baik dari tahun ini. Bukan hanya puasa yang mendapatkan lapar dan haus tanpa memperoleh sebuah nilai kehidupan.

Waladzikrullahi akbar

MARHABAN YA RAMADHAN

25 Sya’ban 1428H

07 September 2007

Dr. Firdaus, MA.

Beberapa hari lagi umat islam memasuki Ramadhan, bulan suci dan mulia. Ungkapan yang sering digunakan untuk menyambut kedatangan tamu ini adalah “Marhaban ya Ramadhan” (Selamat dating Ramadhan). Kata marhaban diambil dari kata rahb yang berarti lapang atau luas, sehingga kata tersebut maknanya menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

Kata marhaban seakar pula dengan rahbat yang berarti ruang luas untuk memperbaiki kendaraan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan kaki. Jadi, “Marhaban ya Ramadhan” berarti “Selamat dating Ramadhan”, kita menyambut kedatangan bulan tersebut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau kenyamanan hidup kita.

Kita gembira menyambut Ramadhan karena bulan ini merupakan tempat untuk menyehatkan fisik dan jiwa kita. Ramadhan merupakan bulan yang istimewa karena kita mempunyai kesempatan melakukan sejumlah ibadah yang tidak terdapat pada bulan lain, yaitu puasa, shalat tarawih dan zakat fitrah. Ramadhan adalah bulan yang mulia dan suci karena kita mempunyai peluang untuk bertemu dengan malam lailatul qadr, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kemudian Ramadhan bertambah dengan kemurahan Allah membalas setiap kebaikan yang dilakukan muslim selama bulan ini dengan pahala berlipat ganda.

Persiapan menyamput Ramadhan

Mengingat pentingnya Ramadhan bagi umat Islam, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan untuk menyambut kedatangannya.

Pertama, meningkatkaniman dan amal. Peningkatan iman merupakan persiapan utama yang patut dilakukan muslim menyambut kedatangan Ramadhan. Ini bukan karena semata karena puasa Ramadhan diwajibkan kepada orang yang beriman seperti yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah: 183, tetapi peningkatan iman diperlukan sebagai bekal bagi setiap muslim untuk mampu menjalankan ibadah puasa dan mengisi hari-hari selama Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal sholeh secara maksimal. Dengan iman pula, muslim mampu meninggalkan semua larangan Allah dalam kehidupannya.

Peningkatan iman perlu diiringi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas amal sholeh menjelang Ramadhan dating. Ini dilakukan sebagai upaya menciptakan prakondisi sebelum Ramadhan tiba. Diantar aamal sholeh yang perlu banyak dilakukan adalah puas sunnat. Dalam hadits yang disampaikan Aisyah ra. Dijelaskan bahwa puasa sunnat yang palig banyak dilakukan Rasulullah Saw, pada bulan-bulan biasa adalah bulan sya’ban(HR. Bukhari)

Kedua, menambah ilmu yang terkait dengan puasa Ramadhan. Ini dilandaskan pada cara berpikir yang terdapat pada firman Allah SWT,


“Sesungguhnya orang yang mampu takut (semakin dekat) kepada Allah para ulama (orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan mendalam)”. (QS. Faathir [35]:28).


Dengan menggunakan pola iltibas (menggunakan ungkapan) pada ayat ini, dapat dipahami bahwa orang yang mampu melakukan dan mempersembahkan puasa dengan baik dan benar kepada Allah adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang puasa itu. Dengan demikian, penambahan pengetahuan yang terkait dengan upaya menyempurnakan ibadah puasa sangat penting dilakukan menjelang Ramadhan tiba. Diantaranya, pengetahuan tentang makna puasa Ramadhan, rukun dan syarat puasa, yang membatalkan dan merusak puasa, hikmah puasa, puasa bagi musafir dan orang sakit, amalan afdhal selama Ramadhan, menghidupkan malam-malam Ramadhan, I’tikaf dan zakat fithrah.

Ketiga, mensucikan diri lahir batin. Mensucikan diri secara lahir biasanya dilakukan dengan mandi. Melakukan mandi, terutama sehari menjelang Ramadhan oleh sebagian muslim di tanah air memang tidak ada satu dalil pun yang memerintahkan, tetapi kalau dilakukan hal tersebut tidak bertentangan dengan Islam.ini termasuk ‘urf (adat kebiasaan) yang boleh dilakukan umat Islam, selama pelaksanaannya tidak dikaitkan dengan hal-hal yang bertentangan dengan Islam.

Selain itu, yang penting dilakukan ketika akan memasuki bulan Ramadhan adalah mensucikan batin dari segala noda dan dosa. Apabila dosa itu terkait dengan Allah, secara bertaubat dan memperbanyak istigfar kepada-Nya. Apabila dosa itu terkait dengan sesame manusia, langkah yang paling tepat dengan segera meminta maaf kepada yang bersangkutan. Dan yang terbaik tetntu memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah kepada kita meskipun yang bersangkutan tidak pernah meminta maaf. Sikap ini diinginkan Allah melalui firman-Nya:


“Berikanlah maaf kepada orang yang berbuat kesalahan kepadamu” (QS. 3:134, 5:13, 2:109).

Dengan melakukan beberapa persiapan seperti di atas, setiap muslim insya Allah akan memiliki bekal memadai untuk mengoptimalkan kemuliaan dan keutamaan Ramadhan.

Waladzikrullahi akbar

BULAN SYA’BAN

11 Sya’ban 1428 H

24 Agustus 2007

Drs.H.M.Najmi Yaqin, SH.,M.Hum.

Hari ini kita berada di bulan Sya’ban, bulan pesta pora dan bulan rekreasi bagi kaum muslim. Betapa tidak, dimana-mana orang berbondong-bondong berziarah ke tempat-tempat penting. Dengan mencarter bis bersama-sama rombongan membawa keluarga menuju tempat yang dipilih.

Di daerah saya, bulan ini sangat terkenal dengan sebutan bulan ‘ruah’, kesempatan berziarah ke makam (kuburan) orang tua, kalau tidak melakukannya terasa ada yang kurang dalam hidup ini. Mereka yang merantaupun harus pulang kampong. Lain lagi di kampong teman saya si Fulan, pada bulan ini masyarakat di kampungnya memiliki kebiasaan yaitu saling bertukar makanan, Lemang namanya. Yaitu beras ketan yang dimasukkan ke dalam bamboo, disangai dengan api sedang dan airnya diberi santan. Lemang di potong-potong kemudian dibagi-bagikan kepada karib kerabat dan orang tua. Tanpa ada komando, satu kampong membuat lemang dengan masakan yang sama, rasa dan bentuknya, dan dibagi-bagi pada waktu yang bersamaan. Akhirnya semua orang sama-sama membagikan dan sama-sama menerima pemberian. Sangat meriah dan menyenangkan. Di tempat lain berbeda lagi kebiasaannya. Pada hakekatnya mereka ingin memuliakan bulan Sya’ban sesuai dengan tradisi dan masing-masing kebiasaan itu sudah berjalan sejak lama.

Dalam Islam bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa, sehingga ulama besar bernama Yahya bin Mu’adz memberi terjemahan Sya’ban yang terdiri dari huruf SYIN, ‘AIN, BA dan NUN sebagai berikut: huruf SYIN bermakna Syafa’ah, huruf ‘AIN bermakna ‘Azhim (agung dan mulia), huruf BA bermakna Birrun (kebaikan), huruf NUN bermakna Nur (cahaya). Jadi, bulan Sya’ban adalah bulan yang penuh syafaat, bulan yang agung dan mulia, bulan yang penuh dengan kebaikan dan bulan yang penuh cahaya.

Karena keistimewaan itu pulalah cara memuliakannya harus diikuti hal yang istimewa pula. Islam telah memberi petunjuk tentang bagaimana mengisi bulan yang penuh kemuliaan ini. Suatu ketika Rasulullah Saw bertanya kepada sahabatnya. “Apakah kamu tahu mengapa bulan ini disebut bulan Sya’ban?”. Sahabat menjawab, “Yang lebih tahu hanya Allah dan Rasul-Nya”, Rasulullah Saw menjelaskan, “Sesunggahnya pada bulan ini terdapat cabang kebajikan yang banyak sekali”. Dalam kitab Durratun Nashihiin karangan Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Kaubani diterangkan cara-cara mengisi bulan Sya’ban sebagai berikut:

  1. Bertaqwa kepada Allah SWT dengan meningkatkan disiplin diri dalam segala hal, baik dalam bidang ibadah, bekerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan amal sholeh, dengan memperbanyak berbuat baik kepada sesame, menahan diri dari perbuatan maksiat dengan menjauhi semua perbuatan dosa sekecil apapun. Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang memuliakan bulan Sya’ban dengan meningkatkan tak Wa kepada Allah SWT, beramal sholeh dan menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah SWT akan ampunkan dosa-dosanya, dan dihindarkan pada tahun itu dari bala dan penyakit”.
  2. Memperbanyak melakukan puasa sunat, karena Rasulullah Saw, pada bulan ini banyak melakukan puasa sunnat.

Mengisi bulan ini sesuai dengan petunjuk Nabi Saw sebagaimana diuraikan tadi, terasa lebih indah dan tidak mungkin salah, manfaatnya luar biasa kalau sudah terbiasa, tawadlu’ dan ikhlas sebagai landasan, terasa ringan dan mengasyikkan kalau dilakukan tanpa ragu.

Tidak sedikit orang-orang yang beribadah berdasarkan kata si Anu atau si Fulan, dan dirasakan bahwa perkataanya yang paling benar, bukan kata Allah dan Rasul-Nya. Pada saat guru yang lain yang menyampaikan pendapat yang berbeda, muncul keraguan di dalam diri, emosi yang berlebihan, yang lebih rancu lagi, timbul rasa apatis dan antipati terhadap orang yang berpendapat beda. Apa yang akan terjadi?.

Mari sama-sama kita mengisi bulan yang mulia ini, dengan berbagai kebajikan dan ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Waladzikrullahi akbar

KEWAJIBAN MUSLIM

KEWAJIBAN MUSLIM

19 Rajab 1428 H

03 Agustus 2007

Dr. Firdaus, MA.

Menurut penelitian ulama, ada empat kewajiban yang mesti diketahui dan dilakukan muslim sepanjang kehidupannya.

Pertama, memiliki ilmu pengetahuan.

Setiap muslim wajib memiliki ilmu. Untuk itu, ia diperintahkan belajar, bahkan belajar merupakan kewajiban. Perintah belajar berlaku bagi muslim sepanjang hayatnya. Dengan belajar dan memiliki ilmu dapat mendekatkan muslim kepada Allah selama ilmu tersebut dikaitkan dengan Yang Maha Berilmu, yaitu Allah SWT, Allah SWT berfirman,



“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya, hanyalah ulama”. (QS. Fathiir [35]:28)

Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu syar’i. ilmu syar’I ada yang fardlu ‘ain dan ada yang fardlu kifayah mempelajarinya. Adapun yang fardlu ‘ain adalah mempelajari ma’rifatullah, ma’rifatullah dan mengenal Islam dengan dalil-dalilnya. Pengetahuan ini minimal dimiliki secara global. Sementara mengetahui sevara rinci hukumnya fardlu kifayah, boleh diwakilkan kepada mereka yang menekuni studi agama dan para ulama.

Upaya mengenal Allah SWT bertujuan memperkuat iman kepadaNya dan kepada rukun iman yang lain. Dalam al-Quran ditemukan perintah untuk mengenal secara baik, seperti firmanNya:

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonkanlah ampun bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan” (QS. Muhammad [47]:19).


Setelah mengenal Allah, muslim dituntut mengenal nabi dan rasul-Nya serta rukun iman yang lain.


Setelah mengetahui rukun iman dan meyakininya muslim wajib pula mengenal Islam, baik syari’ah maupun akhlak. Pengetahuan ini penting karena terkait dengankewajiban-kewajiban muslim. Berkaitan dengan syari’ah, mesti mengetahui tentang wajib sholat, syarat wajib, syarat sah, bacaan, gerakan dan reka’atnya. Setiap muslim juga wajib mengerti tentang puasa Ramadhan, cara, rukun, dan yang membatalkannya, bagaimana seluk beluk zakat maal dan zakat fitrah, dan mesti mengetahui tentang haji dan seluk beluknya secara global.

Setiap muslim wajib pula mengetahui akhlak Islam. Orang yang berakhlak tidak baik bukan semata karena iman lemah atau pengaruh lingkungan, tetapi karena pengetahuan tentang akhlak yang baik dan buruk kurang. Diantara akhlak yang mesti diketahui muslim adalah ikhlas, ridla, taubat, tidak boleh dusta, khianat, mencela dan menghina.

Kedua, beramal. Amal merupakan buah ilmu yang dimiliki muslim. Karenanya, ilmu itu harus diamalkan. Ilmu yang ada pada seseorang ibarat pohon, dan amal adalah buahnya. Demikian penting mengamalkan ilmu sehingga sering kata amal beriringan dengan kata iman dalam al-Quran, seperti ditemukan pada surat al-‘Ashr ayat 3.

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(QS. Al-‘Ashr [103]:3)

Orang yang tidak mengamalkan ilmu lebih buruk dari orang yang bodoh. Orang itu akan mendapat siksa yang berat dan salah seorang yang pertama sekali merasakan azab neraka.

Ketiga, Dakwah, yaitu upaya mengajak manusia ke jalan Allah atau penyampaian ajaran Islam kepada manusia agar mereka melaksanakannya sepenuh hati. Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing

Dakwah dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan lisan dilakukan melalui ceramah, khutbah, diskusi, seminar, symposium, sarasehan, brainstorming, dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan dilakukan melalui buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, surat, email, website di internet dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan penting karena daya jaungkaunya kepada masyarakat Islam lebih luas dari dakwah secara lisan dan menjangkau masa yang panjang selama tulisan itu.

Dakwah bil hal dengan menampilkan prilaku islami, seperti sopan santun, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesame manusia, aktif dalam kegiatan yang membawa kemaslahatan bagi manusia dengan mendirikan rumah sakit, tempat pemeliharaan yatim piatu, lembaga pendidikan, pusat-pusat pencaharian nafkah berupa pabrik, pusat perbelanjaan dan berbagai sektor kehidupan.

Keempat, sabar dan tahan menderita menjalankan program-program di atas hingga akhir hayat. Sikap sabar penting agar sukses dalam kegiatan apa saja. Setiap muslim dituntut sabar dalam meningkatkan ilmu, amal dan melaksanakan dakwah. Ia pun diharapkan sabar dalam tiga situasi, yaitu dalam bentuk maksiat dan sabar ketika mendapat musibah dari Allah SWT. Dengan sabar pula ia akan selamat di dunia dan akhirat.

Semoga kita dapat menjalankan keempat kewajiban tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga mengantarkan kita menjadi muslim sejati.

Waladzikrullahi akbar

MENANTI ZAMAN KEEMASAN

MENANTI ZAMAN KEEMASAN

8 Jumadil Awwal 1428 H

25 Mei 2007

A. Royani Yunus. MA.

Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum muslimin di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta. Sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia.

Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara muslim, tapi juga jumlah orang-orang muallaf yang baru memeluk islam yang terus meningkat.

Sebuah fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh semua orang, terutama umat muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang-orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu?, kewajiban apakah yang dilaksanakan sebagai seorang muslim?, dan bagaimana kaum muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya?. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.

Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televise. Perkembangan ini yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, namun sebenarnya adalah petunjuk yang sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar “Kedudukan kaum Muslim di Eropa” dan “Dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim”.

Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan member pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam di Eropa, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain.

Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslimin disaat ini menjelaskan setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita tinjau, diantaranya:

Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat

Penelitian terkait juga mengungkapkan bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah muslim di Eropa dan negara-negara lain, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut survey yang dilakukan oleh surat kabar Perancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum muslim terus melakukan shalat, pergi ke mesjid dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa universitas.


Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Dunia

Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa negara-negara di dunia tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia dari sejak dunia ini diciptakan.

Seperti Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1291), serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbale balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya abad pertengahan menuju terang benderangnya masa Renaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang dibidang kedokteran, astronomi, matematika, dan dibanyak bidang lain, kaum muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun.

Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan

Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahw dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak al-Quran akan tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam al-Quran 14 abad yang lalu,

32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.(QS. At-Taubah [9]: 32-33)

Tersebarnya akhlak Islam adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi Saw yang menegaskan bahwa ajaran akhlak al-Quran akan meliputi dunia.

Walladzikrullahi akbar

Monday, May 7, 2007

KRISIS KETELADANAN

KRISIS KETELADANAN

16 Rabi’uts Tsani 1428 H

4 Mei 2007

Ibnu Sabiil

Kekerasan yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang telah berulang kali, membuat hati kita miris dan pilu, terlebih jika kita melihat adegan kekerasan yang dilakukan para senior di IPDN terhadap juniornya yang ditayangkan di televisi, semakin menambah kepiluan dalam diri kita.

Kemudian, hal lain yang menarik perhatian kita, adalah peristiwa yang terjadi di berbagai daerah selama terjadi di berbagai daerah selama pelaksanaan ujian negara siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dari mulai oknum tenaga pendidik yang menjual kunci jawaban, soal ujian yang bocor sebelum pelaksanaan, sampai demo dan tindak kekerasan yang dilakukan terhadap pengawas ujian yang dilakukan oleh para siswa peserta ujian.

Benar-benar bangsa ini tengah dirundung berbagai ujian, dan kali ini dunia pendidikan kita yang diuji. Sebagaimana diantara tujuan dari ditimpakannya suatu ujian adalah sebagai peringatan dan cemeti, agar yang mendapat ujian dapat kembali untuk melakukan introspeksi diri, mencari hikmah dibalik keadaan yang membuatnya susah dan sedih.

Dari instropeksi dan penelaahan yang dilakukan, kiranya diantara sebab terjadinya peristiwa di atas adalah akibat krisis dan miskinnya keteladanan di negeri ini. Bisa dikatakan hampir sudah tidak ada lagi di negeri ini orang yang di segani karena kharismanya dapat berdiri dan berkata-kata. Sampai –sampai guru yang kita kenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, seorang yang terpelajar dan berpendidikan, pemimpin, kini sudah tidak ada lagi diposisikan sebagai seorang yang layak didengar dan diamalkan apa-apa yang disampaikannya.

Keteladanan, ya keteladananlah yang merupakan kata kunci dalam membentuk, membangun dan menciptakan suatu komunitas. Sebagai contoh, mari kita melihat profil Rasulullah SAW sebagai tauladan yang baik, dalam Al-Quran disbut di dalam diri Rasulullah terdapat uswatun hasanah.

Kita melihat, dalam aktifitas untuk persiapan hidup ukhrawi Rasulullah Saw adalah tauladan, sebuah hadits yang sangat populer dikisahkan oleh ’Aisyah ra. Bahwa beliau melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak, Beliau bermunajat dan bersyukur kepada Allah SWT. Ketika ’Aisyah mengajukan pertanyaan, wahai Rasulullah SAW mengapa engkau sampai sedemikian dalam beribadah, kakimu bengkak, bukankah engkau telah dijamin oleh Allah SWT bahwa dosa-dosamu baik yang terdahulu maupun yang akan datang telah diampunkan. Lantas Rasulullah Saw menjawab, apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur?.Beliau adalah orang yang sangat dermawan, sampai-sampai karena kedermawanannya beliau tidak memiliki kemegahan sebagaimana layaknya para pengusa jaman dulu dan kini. Sampai Umar menangis melihat Rasulullah Saw yang apabila bangun dari tidurnya muka dan badannya berbirat karena alas tidurnya hanya terbuat dari pelepah kurma. Beliau banyak memohon ampun dan berbuat taubat kepada Allah SWT, beliau beristigfar sebanyak 70 kali dalam sehari semalam.

Dalam aktifitas kehidupan duniawi, nabi adalah orang yang jujur dan amanah, karena jujur dan amanahnya itu beliau dari sejak remaja sudah digelari dengan al-Amiin (yang dipercaya dan amanah). Beliau adalah orang yang sangat pemaaf dan rendah hati, tidak sombong meskipun beliau seorang nabi dan memiliki banyak pengikut.

Sebagai seorang pemimpin beliau suka bermusyawarah, dan bersikap adil, dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwa sepulang dari suatu peperangan dan ketika itu kaum muslimin menang dan mendapat banyak harta rampasan perang. Ketika harta rampasan perang itu dibagi-bagikan kepada para sahabat yang ikut berperang, salah seorang sahabat berkata, ”Hai Muhammad berlaku adillah”, lantas Rasulullah menjawab :”Celakalah aku kalau aku tidak berlaku adil, kalau aku tidak adil maka siapa lagi yang akan berlaku adil?”. Dan lebih tegas lagi Rasululah Saw mengatakan, ”Jika putriku Fathimah mencuri maka aku sendiri yang akan memotong tangannya”. Masih banyak lagi potret keteladanan yang ditampilkan Rasulullah Saw, sebagai ayah, sebagai seorang sahabat.

Dengan kekuatan keteladanan, risalah Islam yang dibawa Rasulullah dengan cepat dapat menyebar ke seluruh negeri, menembus kesombongan orang-orang kafir Quraisy dab neberobos masuk ke kerajaan Romawi dan Persia.

Keteladanan, adalah merupakan, kekuatan yang dahsyat, keteladanan dapat mengalahkan kekuatan bicara sang orator dan juru kampanye sekalipun. Karena, setiap individu membutuhkan keteladanan, sosok yang menjadi panutan dan pijakan dalam berbuat dan bertindak. Dalam lingkungan rumah tangga seorang anak membutuhkan keteladanan dari orang tuanya. Dalam lingkungan sekolah dan lembaga pendidikan seorang siswa dan mahasiswa butuh seorang tauladan dalam lingkungan bermasyarakat setiap individu membutuhkan seorang tauladan.

Jika praktik keteladanan yang baik sudah menjadi barang langka, dan sebaliknya keteladanan yang buruk dan bobrok menjadi tontonan, maka dapat dipastikan prilaku buruk dan bobroklah yang akan tumbuh dan berkembang.

Kiranya sebuah hadits Rasulullah Saw dapat menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi sosok yang memberikan tauladan yang baik. Hadits tersebut berbunyi: ”Barang siapa melakukan suatu kebiasaan yang baik dan orang lain menirunya, maka ia mendapat pahala karena kebiasaan baik itu, bahkan bukan hanya sampai disitu, dia pun akan mendapat bonus pahala dari orang yang meniru kebiasaannya itu”.

Walladzikrullahi Akbar

Monday, April 30, 2007

PEDOMAN WAKTU SHALAT Mei 2007

PEDOMAN WAKTU SHALAT

Bulan : Mei 2007 (Rabiul Akhir-Jumadil Awal 1428)

Wilayah Jakarta dan Sekitarnya

Tgl

Hari

Shubuh

Syuriq

Zhuhur

‘Ashar

Maghrib

‘Isya

M

1

Selasa

04.36

05.50

11.53

15.14

17.50

19.00

2

Rabu

04.36

05.50

11.53

15.14

17.50

19.00

3

Kamis

04.36

05.50

11.53

15.14

17.50

19.00

4

Jum’at

04.36

05.50

11.52

15.14

17.49

19.00

5

Sabtu

04.36

05.50

11.52

15.14

17.49

19.00

6

Ahad

04.36

05.50

11.52

15.14

17.49

19.00

7

Senin

04.35

05.51

11.52

15.14

17.48

19.00

8

Selasa

04.35

05.51

11.52

15.14

17.48

19.00

9

Rabu

04.35

05.51

11.52

15.14

17.48

19.00

10

Kamis

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

11

Jum’at

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

12

Sabtu

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

13

Ahad

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

14

Senin

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

15

Selasa

04.35

05.51

11.51

15.14

17.48

18.59

16

Rabu

04.35

05.51

11.51

15.14

17.47

18.59

17

Kamis

04.35

05.51

11.51

15.14

17.47

18.59

18

Jum’at

04.35

05.51

11.51

15.14

17.47

18.59

19

Sabtu

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

20

Ahad

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

21

Senin

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

22

Selasa

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

23

Rabu

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

24

Kamis

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

25

Jum’at

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

18.59

26

Sabtu

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

19.00

27

Ahad

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

19.00

28

Senin

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

19.00

29

Selasa

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

19.00

30

Rabu

04.35

05.52

11.52

15.14

17.47

19.00

31

Kamis

04.36

05.53

11.53

15.14

17.47

19.00