23 Ramadhan 1428 H
05 Oktober 2007
Drs.
Hakikat sesungguhnya dari ibadah puasa adalah pendidikan rohani. Tujuan pokoknya adalah untuk memperkokoh dan mempertinggi rohani manusia. Dengan ibadah puasa yang ikhlas dan intens, seseorang akan bias meningkat derajatnya ke level yang lebih tinggi.
Ketinggian rohani seseorang akan membuatnya lebih mencintai Allah SWT di atas segalanya. Benci pada segala bentuk kezaliman dan kecurangan, benci pada sikap egoistis dan kesombongan, senantiasa berhati-hati dan waspada agar tidak melakukan dosa, dan senang membantu orang yang membutuhkan.
Sehubungan dengan tujuan pokok puasa tersebut, dalam bulan yang amat mulia ini umat islam sangat dianjurkan untuk melakukan I’tikaf, terutama pada sepuluh hari yang terakhir dalam bulan Ramadhan. Nabi bahkan membangunkan semua anggota keluarganya untuk beri’tikaf.
I’tikaf berarti menetap dan tinggal untuk beberapa waktu di dalam masjid dengan niat beribadah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Dengan demikian, I’tikaf tidak bias dilakukan di rumah. I’tikaf adalah suatu ibadah sunnah yang sangat tinggi nilainya. Apalagi pada kurun waktu akhir bulan Ramadhan, karena pada saat itulah menurut riwayat yang banyak diperpegangi, datangnya malam Lailatul Qadar. Nabi tidak pernah luput melakukannya, terutama selama sepuluh hari akhir tiap-tiap bulan Ramadhan.
Diberitakan dari ‘Aisyah ra. Bahwa, “adalah Rasulullah Saw beri’tikaf sepuluh (hari) yang akhir dan bulan Ramadhan hingga beliau wafat”. (HR. Bukhari dan Muslim, Nailul Authar, Juz IV, hal 354).
Dari Anas ra. Diberitakan bahwa, “Adalah Rasulullah Saw beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari bulan Ramadhan. Karena pada suatu tahun beliau tidak beri’tikaf, maka pada tahun berikutnya Beliau ber’tikaf selama 20 hari”.(HR. Ahmad, Nailul Authar, IV:354).
I’tikaf Simbol Ketaatan
Dalam rangka bertaqarrub kepada Allah SWT tersebut sekaligus untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya Lailatul Qadar, maka setiap orang yang beri’tikaf sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah-ibadah sunnat dan menyibukkan diri dengan sholat, membaca al-Quran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar, berdo’a dan membaca shalawat kepada nabi dan amalan-amalan lain yang dapat meningkatkan ketaatan dan kedekatan seseorang dengan Allah SWT. Masuk pula ke dalam golongan ibadah ini adalah mempelajari ilmu, membaca kitab-kitab tafsir dan hadits, sejarah nabi dan orang-orang shaleh, buku-buku fiqih dan agama pada umumnya.
Dengan memperbanyak dan menyibukkan diri melakukan ibadah, seseorang yang beri’tikaf akan semakin dekat dengan Allah. Keikhlasan yang melandasinya dan kesungguhan serta bersusah payah (jihad) dalam melakukannya menjadi dasar yang amat penting bagi semakin terbukanya tabir antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jarak antara dia dengan Allah akan semakin dekat. Menjadi lebih dekatnya Allah dengan seorang hamba adalah buah dari keikhlasan dan kesungguhannya dalam beribadah tersebut. Inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam salah satu hadits Qudsi, “…manakala seorang hamba-KU mendekat kepada-KU sejengkal Aku akan mendekat kepadanya sehasta…”. Begitu uga firman Allah SWT,
Dan firman-Nya,
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. (QS. Ar-Rahman [55] : 60).
I’tikaf Meninggikan Rohani
Dengan demikian I’tikaf sangat penting artinya dalam upaya seseorang untuk memperkokoh dan mempertinggi rohaninya. Seorang hamba dengan Allah yang menjadi prasyarat bagi ketinggian rohani seseorang. Oleh karena itu, kepada semua saudara-saudara muslim, marilah kita lakukan I’tikaf ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad Saw. Bangunkan semua anggota keluarga dan datanglah ke masjid pada sepuluh malam terakhir Ramadhan untuk beri’tikaf.
Bangsa kita sudah begitu lama terpuruk karena rohani dan nurani tersingkir dalam kehidupan. Melalui I’tikaf, insya Allah, bangsa kita akan bias bangkit dari keterpurukan tersebut.
Mungkin kehidupan kita selama ini lebih mengutamakan kesejahteraan jasad dari pada rohani yang mengakibatkan hidup lebih tergantung kepada materi dari pada nilai kebajikan dari semua tingkat profesi dan keahlian. Kekosongan rohani yang terjadi selama ini menjadikan jasad berjalan diluar jalur petunjuk kebenaran.