Thursday, November 8, 2007

BULAN SYA’BAN

11 Sya’ban 1428 H

24 Agustus 2007

Drs.H.M.Najmi Yaqin, SH.,M.Hum.

Hari ini kita berada di bulan Sya’ban, bulan pesta pora dan bulan rekreasi bagi kaum muslim. Betapa tidak, dimana-mana orang berbondong-bondong berziarah ke tempat-tempat penting. Dengan mencarter bis bersama-sama rombongan membawa keluarga menuju tempat yang dipilih.

Di daerah saya, bulan ini sangat terkenal dengan sebutan bulan ‘ruah’, kesempatan berziarah ke makam (kuburan) orang tua, kalau tidak melakukannya terasa ada yang kurang dalam hidup ini. Mereka yang merantaupun harus pulang kampong. Lain lagi di kampong teman saya si Fulan, pada bulan ini masyarakat di kampungnya memiliki kebiasaan yaitu saling bertukar makanan, Lemang namanya. Yaitu beras ketan yang dimasukkan ke dalam bamboo, disangai dengan api sedang dan airnya diberi santan. Lemang di potong-potong kemudian dibagi-bagikan kepada karib kerabat dan orang tua. Tanpa ada komando, satu kampong membuat lemang dengan masakan yang sama, rasa dan bentuknya, dan dibagi-bagi pada waktu yang bersamaan. Akhirnya semua orang sama-sama membagikan dan sama-sama menerima pemberian. Sangat meriah dan menyenangkan. Di tempat lain berbeda lagi kebiasaannya. Pada hakekatnya mereka ingin memuliakan bulan Sya’ban sesuai dengan tradisi dan masing-masing kebiasaan itu sudah berjalan sejak lama.

Dalam Islam bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa, sehingga ulama besar bernama Yahya bin Mu’adz memberi terjemahan Sya’ban yang terdiri dari huruf SYIN, ‘AIN, BA dan NUN sebagai berikut: huruf SYIN bermakna Syafa’ah, huruf ‘AIN bermakna ‘Azhim (agung dan mulia), huruf BA bermakna Birrun (kebaikan), huruf NUN bermakna Nur (cahaya). Jadi, bulan Sya’ban adalah bulan yang penuh syafaat, bulan yang agung dan mulia, bulan yang penuh dengan kebaikan dan bulan yang penuh cahaya.

Karena keistimewaan itu pulalah cara memuliakannya harus diikuti hal yang istimewa pula. Islam telah memberi petunjuk tentang bagaimana mengisi bulan yang penuh kemuliaan ini. Suatu ketika Rasulullah Saw bertanya kepada sahabatnya. “Apakah kamu tahu mengapa bulan ini disebut bulan Sya’ban?”. Sahabat menjawab, “Yang lebih tahu hanya Allah dan Rasul-Nya”, Rasulullah Saw menjelaskan, “Sesunggahnya pada bulan ini terdapat cabang kebajikan yang banyak sekali”. Dalam kitab Durratun Nashihiin karangan Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Kaubani diterangkan cara-cara mengisi bulan Sya’ban sebagai berikut:

  1. Bertaqwa kepada Allah SWT dengan meningkatkan disiplin diri dalam segala hal, baik dalam bidang ibadah, bekerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan amal sholeh, dengan memperbanyak berbuat baik kepada sesame, menahan diri dari perbuatan maksiat dengan menjauhi semua perbuatan dosa sekecil apapun. Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang memuliakan bulan Sya’ban dengan meningkatkan tak Wa kepada Allah SWT, beramal sholeh dan menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah SWT akan ampunkan dosa-dosanya, dan dihindarkan pada tahun itu dari bala dan penyakit”.
  2. Memperbanyak melakukan puasa sunat, karena Rasulullah Saw, pada bulan ini banyak melakukan puasa sunnat.

Mengisi bulan ini sesuai dengan petunjuk Nabi Saw sebagaimana diuraikan tadi, terasa lebih indah dan tidak mungkin salah, manfaatnya luar biasa kalau sudah terbiasa, tawadlu’ dan ikhlas sebagai landasan, terasa ringan dan mengasyikkan kalau dilakukan tanpa ragu.

Tidak sedikit orang-orang yang beribadah berdasarkan kata si Anu atau si Fulan, dan dirasakan bahwa perkataanya yang paling benar, bukan kata Allah dan Rasul-Nya. Pada saat guru yang lain yang menyampaikan pendapat yang berbeda, muncul keraguan di dalam diri, emosi yang berlebihan, yang lebih rancu lagi, timbul rasa apatis dan antipati terhadap orang yang berpendapat beda. Apa yang akan terjadi?.

Mari sama-sama kita mengisi bulan yang mulia ini, dengan berbagai kebajikan dan ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Waladzikrullahi akbar

No comments: